Ketika Beda jadi Petaka Chapter IV
Tuesday, February 12, 2019
Edit
Chapter IVMenurut saya manusia yang arip adalah manusia yang mampu mengenal tuhan dan mempercayai serta mengamalkan prinsip prinsip agama sehingga manusia tersebut akan mampu menjalani kehidupan sebagai suatu hakekat di dunia ini karena sesuatu yang di hasilkan ilmu pengetahuan dan studi studi ilmiah hanyalah akan melahirkan kenyataan bahwa hakekat terakhir adalah akal dari satu segi dan persepsi dan itu akan menimbulkan kompormasi bagi agama dan hantaman terhadap ilhad .untuk lebih mudah memahami apa yang saya maksudkan saya akan membuat sebuah contoh yang sederhana misalkan saja begini suatu katika anda pergi ketempat sebuah proyek besar milik pemerintah disana anda akan melihat kendaraan kendaraan berat yang sedang mengerjakan proyek saya ambil contoh kendaraatn tersebut adalah buldozer atau lebih pamiliarnya masarakat menyebutnya dengan nama beko <mohon maap kalau saya salah>
Begitu anda melihat beko mungkin anda akan berpikir bagaimana mungkin kendaraan seberat ini akan mampu berjalan dan merobohkan gunung karena roda dan badanya nyaris semua terbuat dari besi yang sangat berat . setelah anda mendekati dan mengamatinya mungkin anda akan berpikir begini mungkin yang menggerakan benda ini bukanlah menggunakan tenaga manusia tetapi mengunakan mesin ,kemudian setelah itu apakah apakah pemikiran kita berhenti disitu ,tentu saja tidak karena masalahnya tidak sesederhana itu setelahnya kita mengetahui bahwa kendaraan itu ada mesinnya tentu saja benda tersebut tidak akan bekerja tanpa adanya sopiryang menjalankannya .itu pemikiran kita yang sedehana tapi tapi apabila kita mau bepikir lebih jauh lagi maka pasti akan timbul sebuah pemikiran yang lebih rumit lagi ,misalkan bagaimana roda itu berjalan ,bagai mana cara bahan bakar berpungsi tentu saja semua itu akan memusing otak dikepala bagi yang bukan ahlinya lain hal nya dengan seorang insinyur yang menciptakan benda tersebut tentu bukanlah hal yang sulit
untuk menjelaskannya
intinya adalah saya berusaha menjelaskan dan mengajak kepada pembaca untuk lebih bisa berpikir dan menjalani kehidupan secara lebih sederhana ,janganlah kita terlalu memaksakan sesuatu yang tidak sesuai dengan porsi,serta situasi dan kondisi juga keahlian kita masing masing ,dan salasatu yang paling krusial dalam belajar menerapkan hidup sederhana adalam berbagai bidang sendi kehidupan termasuk didalamnya dalam hal beragama ,saya rasa mungkin semua akan bersepakat bahwa semua yang serba terlalu pasti bukanlah sesuatu yang nikmat dan dapat memberikan manpaat justru sebalik nya segala hal yang terlalu berlebihan hanya akan menimbulkan mudharat daripada manpaat ,bahkan bisa saja malahan jadi sebuah racun.
Penulis merasa miris melihat penomena yang terjadi pada zaman sekarang ini ,zaman yang lebih populer di sebut jaman milenial ,saya tidak mau terlalu jauh untuk berprasangka bahwa pada jaman ini agama hanya di jadikan komoditi ,.