-->

Ketika Beda Jadi Petaka

Novel, cerpen, Filsafat
Chapter I

‘’jika perbedaan itu adalah kontroversi tidak lain hanyalah hasil persepsi dan pemikiran otak yang dangkal maka akan jadi problema apabila para pemimpin dan kaum intelektual selalu menjadikanya topik utama maka tidak akan pernah selesai untuk memecahkan suatu persoalan kecuali mereka mengetahui mengenai persepsi yang berdasarkan pada hati “

Disuatu malam yang sunyi si sok bijak duduk termenung seorang diri ia mencoba mengingat ngingat apa yang telah ia lakukan pada hari ini dari mulai ia bangun tidur sampai pada saat ia kelelahan setelah selesai seharian bekerja ,maka timbul suatu perasaan yang aneh di benaknya si sok bijak .dia merasa segala sesuatu yang dilakukan semuanya terasa hampa dia berpikir ,dia merasa bahwa apa yang dia lakukan selama ini menurut pemikirannya tidaklah tepat ,dia bekerja kemudian mendapatkan uang ,kemudia dia pergunakan uang tersebut untuk memenuhi kebutuhannya termasuk ia pergunakan untuk mendapatkan makanan ,setelah makanan tersebut dia makan kemudian dia keluarkan dan ternyata apa yang dikeluarkan ternyata bukanlah sesuatu hal yang baik dan indah akan tetapi sesuatu yang hina dan menjijikan yaitu tinja ,kemudian dia pun berpikir apakah setiap kerja keras yang dilakukan hanya untuk sesuatu yang menjijikan .

Ditengah kegalaunnya diapun memutuskan untuk kembali membuat sebuah tulisan ,dia berharap apa yang dia tulis dapat bermanpaat bagi orang banyak sehingga didalam mengisi kehidupannya dia berpikir bukan hanya untuk sekedar mengeluarkan kotoran saja .dia berharap walaupun dia bukan siapa  siapa tetapi dia mempunya mimpi besar untuk menjadi manusia yang bermanpaat bagi orang lain .dia tidak ingi ketika dia mati disamakan dengan seekor kucing tanpa majikan yang ketika mati dikubur begitu saja ,itupun kalau ada manusia yang ikhlas melakukanya ,tapi diapun bingung harus berbuat apa dan mulai darimana ,diapun berpikir dan mengatakan ,Cuma ini yang dia bisa maka mulailah dia menulis.

 Ketika ilmuan dan para budayawan pada abad kesembilan belas merupakan para pengagum kemajuan dan menyerukan moderinisasai sama sama memeluk agama baru yaitu atheisme sebagai ganti dari agama lamayang dianggap syirik ,mayoritas ilmuanmoderen sama sama sepakat dibawah cahaya pengetahuan baru bahwa sungai sain mengalir menuju hakekat non mekanis .
Saya teringat suatu ketika dimana saya benar benar yakin bahwa hal tersebut adalah sebuah kebenaran ketika membaca sebuah buku karya marcus jamelah yang berjudul agama versus moderenisasi saya begitu terpesona dengan cerita dan pemaparan yang dia tulis dalam bukunya tersebut ,dengan hebatnya dia mengeluarkan kritika bahkan ejekan ejekan terhadap muhamad abduh seorang pemikir india yang sedang hebat pada masa itu ,dia juga menceritakan mengenai kisah dirinya yang memutuskan untuk menjadi seorang mualaf .

Saya begitu kagum akan cerita yang di muat dalam tulisannya itu sampai sampai saya pun ikut ikutan membeci muhamad abduh padahal saya tidak kenal sama sekali dengan beliau ,saya mengenal dan mengetahuinya hanya dari buku yang di tulis oleh marcus jamelah saja.
Suatu ketika saya mempunyai niat untuk menyerahkan buku tersebut kepada orang yang lebih berilmu untuk di teliti dan dimintai pendapatnya ,saya pun meminta kepada teman saya yang seorang mahasiswa untuk menyerahkan buku tersebut kepada dosennya untuk di teliti ,saya pun mendapat jawaban dari dosen tersebut melalui teman saya  .beliau mengatakan demikian, Mungkin saja pola pikir semacam itu cocok pada masa dan pada kepribadian yang melekat pada marcus jamelah ,tapi kalau dilihat pada kontek kekinian itu sudah relevan lagi .

Tunggu Tulisan Selanjutnya......

Berlangganan update artikel terbaru via email:

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

"Filsafat adalah sebuah seni berfikir, ketika kalian sudah bosan berfilsafat, kalian sudah tak punya tujuan, ketika kalian sudah tak punya tujuan, berhentilah kalian hidup"